ADHD dapat mengganggu kemampuan anak untuk berprestasi di sekolah serta kemampuan untuk berkembang dan mempertahankan hubungan sosial (dengan lingkungan). ADHD dapat meningkatkan risiko anak dikeluarkan dari sekolah atau menghadapi problem disiplin. ADHD juga dihubungkan dengan meningkatnya risiko untuk bermasalah dengan mengemudi secara membahayakan, merokok dan penyalah-gunaan zat.
Dampak ADHD bila tidak diobati
- Meningkatnya risiko untuk gagal dan putus sekolah
- Problem dengan tingkah laku dan disiplin
- Kesulitan sosial dan perselisihan keluarga
- Luka akibat kecelakaan
Penyalahgunaan alkohol dan obat
- Depresi dan gangguan mental lainnya
- Problem dalam pekerjaan
- Kecelakaan saat mengemudi
- Kehamilan yang tidak diinginkan
- Kenakalan remaja, kriminalitas, dan penahanan (oleh yang berwajib)
Sumber: http://adhd.or.id/adhd.html
Minggu, 21 Februari 2010
Kelainan yang Sering Menyertai ADHD
Kelainan yang sering menyertai ADHD, yaitu :
- Gangguan pola perilaku yang menentang peraturan (Oppositional Defiant Disorder/ODD)
- Gangguan kelakuan (Conduct disorder)
- Ketidak-mampuan belajar dan berbahasa (Learning and language disabilities)
- Gangguan cemas (Anxiety disorder)
- Gangguan depresi (Depressive disorder)
- Gangguan bipolar (Bipolar disorder)
- Penyakit Tourette (Tourette's Disorder)
Gangguan pola perilaku yang menentang peraturan (Oppositional Defiant Disorder / ODD)
– Gangguan kelakuan (Conduct disorder)
Anak dengan ODD sering tidak patuh kepada peraturan dan punya kecenderungan untuk menyusahkan orang lain. Sejumlah anak dengan ADHD yang menunjukkan masalah tingkah laku dapat didiagnosa dengan gangguan perilaku.
Gangguan perilaku adalah kelainan psikiatrik yang serius dimana anak bersifat agresif terhadap orang dan binatang, merusak barang, dan seringkali melanggar aturan di masyarakat.
Ketidak-mampuan belajar dan berbahasa (Learning and language disabilities)
25 sampai 30 persen anak dengan ADHD juga mengalami masalah dalam bahasa atau belajar. Anak dengan kondisi penyerta ini dapat mengambil manfaat dari terapi sekolah dan bahasa, juga bantuan tambahan di sekolah.
Gangguan cemas (Anxiety disorder) dan Depresi (Depressive disorder)
Tambahan pula, 33 persen anak dengan ADHD juga memiliki kecemasan (anxietas) atau gangguan alam perasaan (seperti depresi). Anak dengan masalah ini dapat ditolong dengan pengobatan tambahan, termasuk terapi bicara, obat, atau keduanya.
Gangguan bipolar (Bipolar disorder)
Salah satu keadaan yang lebih serius yang mungkin terjadi bersamaan dengan ADHD adalah gangguan bipolar. Sejumlah tanda yang menunjukkan anak anda mempunyai gangguan bipolar adalah rasa gembira yang berlebihan, pola pikir cepat, dan kurang perlu tidur, sangat iritabel, sensitif dan reaktif secara berlebihan serta emosinya sering dikatakan seperti “roller-coaster”.
Sumber: http://adhd.or.id/adhd.html
- Gangguan pola perilaku yang menentang peraturan (Oppositional Defiant Disorder/ODD)
- Gangguan kelakuan (Conduct disorder)
- Ketidak-mampuan belajar dan berbahasa (Learning and language disabilities)
- Gangguan cemas (Anxiety disorder)
- Gangguan depresi (Depressive disorder)
- Gangguan bipolar (Bipolar disorder)
- Penyakit Tourette (Tourette's Disorder)
Gangguan pola perilaku yang menentang peraturan (Oppositional Defiant Disorder / ODD)
– Gangguan kelakuan (Conduct disorder)
Anak dengan ODD sering tidak patuh kepada peraturan dan punya kecenderungan untuk menyusahkan orang lain. Sejumlah anak dengan ADHD yang menunjukkan masalah tingkah laku dapat didiagnosa dengan gangguan perilaku.
Gangguan perilaku adalah kelainan psikiatrik yang serius dimana anak bersifat agresif terhadap orang dan binatang, merusak barang, dan seringkali melanggar aturan di masyarakat.
Ketidak-mampuan belajar dan berbahasa (Learning and language disabilities)
25 sampai 30 persen anak dengan ADHD juga mengalami masalah dalam bahasa atau belajar. Anak dengan kondisi penyerta ini dapat mengambil manfaat dari terapi sekolah dan bahasa, juga bantuan tambahan di sekolah.
Gangguan cemas (Anxiety disorder) dan Depresi (Depressive disorder)
Tambahan pula, 33 persen anak dengan ADHD juga memiliki kecemasan (anxietas) atau gangguan alam perasaan (seperti depresi). Anak dengan masalah ini dapat ditolong dengan pengobatan tambahan, termasuk terapi bicara, obat, atau keduanya.
Gangguan bipolar (Bipolar disorder)
Salah satu keadaan yang lebih serius yang mungkin terjadi bersamaan dengan ADHD adalah gangguan bipolar. Sejumlah tanda yang menunjukkan anak anda mempunyai gangguan bipolar adalah rasa gembira yang berlebihan, pola pikir cepat, dan kurang perlu tidur, sangat iritabel, sensitif dan reaktif secara berlebihan serta emosinya sering dikatakan seperti “roller-coaster”.
Sumber: http://adhd.or.id/adhd.html
Kelainan yang Dapat Menyertai ADHD
Penelitian membuktikan bahwa 2/3 anak yang didiagnosa ADHD mempunyai paling sedikit satu tambahan kelainan gangguan mental atau belajar.
Untuk memastikan diagnosa yang tepat, dokter yang merawat anak anda akan memeriksa kondisi lain yang memperlihatkan gejala yang mirip dengan ADHD. Dokter dapat menemukan bahwa anak anda menderita ADHD, kondisi lain, atau ADHD dengan kondisi lain. Keadaan dimana terdapat lebih dari satu kelainan disebut kondisi penyerta.
Kondisi penyerta dapat menyebabkan diagnosa dan pengobatan ADHD menjadi lebih sulit. Hal ini juga menyebabkan lebih banyak rintangan bagi anak untuk mengatasinya, karena itu penting untuk mengenali dan mengobati kondisi lain tersebut.
Sumber: http://adhd.or.id/adhd.html
Untuk memastikan diagnosa yang tepat, dokter yang merawat anak anda akan memeriksa kondisi lain yang memperlihatkan gejala yang mirip dengan ADHD. Dokter dapat menemukan bahwa anak anda menderita ADHD, kondisi lain, atau ADHD dengan kondisi lain. Keadaan dimana terdapat lebih dari satu kelainan disebut kondisi penyerta.
Kondisi penyerta dapat menyebabkan diagnosa dan pengobatan ADHD menjadi lebih sulit. Hal ini juga menyebabkan lebih banyak rintangan bagi anak untuk mengatasinya, karena itu penting untuk mengenali dan mengobati kondisi lain tersebut.
Sumber: http://adhd.or.id/adhd.html
Kamis, 18 Februari 2010
definisi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
Apakah ADHD itu?
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)adalah salah satu kondisi neurologis yang melibatkan gangguan pada proses memusatkan perhatian dan perilaku hiperaktivitas dan impulsivitas, yang tidak sejalan dengan tingkat usia anak. ADHD menyebabkan aktivitas motorik anak menjadi tidak lazim dan berlebihan.
Anak-anak yang mengalami ADHD menunjukkan beberapa macam gejala dan tingkat keparahan yang berbeda-beda.
Anak-anak dengan ADHD umumnya menunjukkan perilaku yang secara umum dibagi dalam dua kelompok, yaitu: kurangnya kemampuan memelihara perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas. Dalam DSM-IV gangguan ini dibagi dalam 3 jenis, yaitu: yang gejala utamanya kurang perhatian; gejala utama hiperaktivitas-impulsivitas; dan kombinasi kedua tipe tersebut (Barkley, 1997). Anak yang hiperaktif akan selalu tampak tidak tenang, sulit duduk tenang dan bermain dengan diam, dan selalu bergerak seolah-olah digerakkan oleh mesin. Anak-anak yang impulsive kadang kesulitan berpartisipasi dalam tugas yang mengharuskan antri (menunggu giliran). Kadang juga terlihat selalu berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas yang lain sebelum menyelesaikan tugas-tugas sebelumnya atau menjawab pertanyaan yang diajukan seelum diminta atau sebelum pertanyaan selesai. Kurangnya kemampuan memusatnya perhatian pada anak ADHD mempengaruhi proses belajar karena membuat mereka kesulitan memperhatikan instruksi, sulit memelihara perhatian untuk suatu tugas tertentu, dan sering salah meletakkan benda pada tempatnya. Anak-anak ini biasanya sulit memperhatikan hal-hal detil, ceroboh, dan menolak tugas-tugas yang menuntut konsentrasi.
Dalam gejala ini, terdapat gangguan pada aspek perkembangan, yaitu dalam proses belajar kemungkinan memunculkan kesulitan belajar. Dalam kehidupan sosial, anak-anak dengan ADHD sering mengalami isolasi sosial sehingga harga dirinya cenderung rendah. Isolasi sosial dapat muncul karena anak-anak yang hiperaktif terkadang cenderung agresif dan kurang dapat mengikuti aturan atau menunggu giliran, sementara anak-anak yang inattentive cenderung menarik diri.
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)adalah salah satu kondisi neurologis yang melibatkan gangguan pada proses memusatkan perhatian dan perilaku hiperaktivitas dan impulsivitas, yang tidak sejalan dengan tingkat usia anak. ADHD menyebabkan aktivitas motorik anak menjadi tidak lazim dan berlebihan.
Anak-anak yang mengalami ADHD menunjukkan beberapa macam gejala dan tingkat keparahan yang berbeda-beda.
Anak-anak dengan ADHD umumnya menunjukkan perilaku yang secara umum dibagi dalam dua kelompok, yaitu: kurangnya kemampuan memelihara perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas. Dalam DSM-IV gangguan ini dibagi dalam 3 jenis, yaitu: yang gejala utamanya kurang perhatian; gejala utama hiperaktivitas-impulsivitas; dan kombinasi kedua tipe tersebut (Barkley, 1997). Anak yang hiperaktif akan selalu tampak tidak tenang, sulit duduk tenang dan bermain dengan diam, dan selalu bergerak seolah-olah digerakkan oleh mesin. Anak-anak yang impulsive kadang kesulitan berpartisipasi dalam tugas yang mengharuskan antri (menunggu giliran). Kadang juga terlihat selalu berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas yang lain sebelum menyelesaikan tugas-tugas sebelumnya atau menjawab pertanyaan yang diajukan seelum diminta atau sebelum pertanyaan selesai. Kurangnya kemampuan memusatnya perhatian pada anak ADHD mempengaruhi proses belajar karena membuat mereka kesulitan memperhatikan instruksi, sulit memelihara perhatian untuk suatu tugas tertentu, dan sering salah meletakkan benda pada tempatnya. Anak-anak ini biasanya sulit memperhatikan hal-hal detil, ceroboh, dan menolak tugas-tugas yang menuntut konsentrasi.
Dalam gejala ini, terdapat gangguan pada aspek perkembangan, yaitu dalam proses belajar kemungkinan memunculkan kesulitan belajar. Dalam kehidupan sosial, anak-anak dengan ADHD sering mengalami isolasi sosial sehingga harga dirinya cenderung rendah. Isolasi sosial dapat muncul karena anak-anak yang hiperaktif terkadang cenderung agresif dan kurang dapat mengikuti aturan atau menunggu giliran, sementara anak-anak yang inattentive cenderung menarik diri.
Langganan:
Postingan (Atom)