Rabu, 19 Mei 2010

Tiada yang tak mungkin

“Mana mungkin anakku bisa mengi-kuti Pesantren Ramadhan seperti itu” gumam salah seorang ayah siswa Santi Rama, pada waktu menyaksikan tayangan televisi mengenai kegiatan Pesantren Ramadhan untuk anak-anak yang mendengar. Begitulah ungkapan tulus yang meluncur dari lubuk hati yang paling dalam seorang ayah yang diwarnai rasa iri.

Orangtua manakah yang tidak senang jika putranya bisa mengikuti kegiatan yang biasa dilakukan oleh anak pada umumnya. Kerinduan dan rasa iri hati untuk memandikan putranya dalam kegiatan keagamaan sedini mungkin selayaknya anak pada umumnya terobati sewaktu Santi Rama mengadakan Pesantren Ramadhan. Kesejukan hati terpancar di raut wajahnya yang berseri-seri, setelah mengikut-sertakan putranya dalam kegiatan Pesantren Ramadhan. Apalagi setelah menyaksikan para santri Santi Rama mengenakan baju muslim. Di dalam hatinya ia bersukur:

“Terima kasih ya Allah, Engkau telah membuka jalan untuk anak-anak tunarungu mengenalMu sejak dini. Yang semula masih menjadi tanda tanya, sekarang terjawab sudah. Ternyata dulu saya katakan tidak mungkin sekarang menjadi serba mungkin”.



Demikianlah ungkapan rasa syukur seorang ayah, yang disampaikan dalam sambutan membuka kegiatan Pesantren Ramadhan tahun 2003 ini. Tentu saja disertai dengan harapan agar putra-putrinya akan menjadi lebih baik dalam beribadah dan bersikap sehari-hari. Sebagi contoh bagi anak yang sulit bangun untuk sahur menjadi mudah bangun, bagi anak yang belum biasa shalat berjamaah, menjadi terbiasa, bagi anak yang belum biasa berdo’a sebelum/sesudah makan, dan sebelum/setelah bangun tidur, jadi tahu cara mengerjakannya, anak yang belum biasa mengerjakan shalat tepat waktu menjadi terbiasa dan seterusnya.

Di samping itu karena anak bermalam di sekolah terpupuk pula sikap kemandirian-nya karena terpisah dari orangtuannya yaitu menjadi mampu mengurus keperluan diri sendiri seperti, mandi, merapikan tempat tidur dan sebagainya. Harapanya adalah agar apabila anak kembali ke rumah masing-masing mereka akan terus mene-rapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


Gayung ber-sambut, harapan orangtua tersebut dapat tertampung dalam program kegiatan Pesantren Ramadhan. Kegia-tan ini bertujuan agar semua pe-serta mengerti mengenai apa saja yang semestinya dikerjakan seseorang yang sedang melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Pesantren ini dirancang dengan berbagai kegiatan yang menarik dan efektif bagi anak tunarungu. Semua pelajaran selalu diawali dengan suatu pengalaman bersama, di mana anak dapat merasakan, melihat dan mela-kukan/menjalani segala sesua-tunya bersama. Kemudian hal yang menjadi pengalaman bersama itu dipercakapkan sehingga mening-galkan kesan yang lebih mendalam dan tidak akan cepat dilupakan oleh anak. Hal itu sejalan dengan prinsip-prinsip pengajaran bahasa bagi anak tunarungu. Dengan demikian diharapkan bahwa hasilnya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan Pesantren Rama-dhan tahun ini dikemas sedikit berbeda dengan kegiatan tahun sebelumnya. Kegiatannya hadir cantik, karena materinya tidak hanya materi keagamaan saja, tetapi ditambah dengan

Bimbingan Pribadi Siswa, yaitu berupa Bimbingan Keluarga untuk siswa kelas I - IV, Bimbingan Bagi Remaja dan Pencegahan Bahaya Narkoba untuk kelas V - VIII. Kegiatan Bimbingan Pribadi ini diikuti oleh semua siswa Santi Rama (muslim dan non muslim), serta melibatkan semua guru. Hal ini dilakukan agar dalam waktu yang disediakan pada bulan Ramadhan ini, semua siswa dapat dibina agar memiliki sifat-sifat yang baik sehingga berbudi pekerti yang luhur. Dalam kegiatan Bimbingan Keluarga anak dibina agar santun dalam bergaul di keluarganya masing-masing yaitu santun dalam memperlakukan kedua orangtuanya dan saudara-nya. Dalam Bimbingan Remaja anak dibina guna mengenal perkembangan dirinya sendiri sebagai remaja, cara merawat dirinya, sopan santun dalam pergaulan dengan sesama dan sebagainya.

Dalam Bimbingan Bahaya Narkoba anak dibina agar bisa mengatakan “tidak” terhadap narkoba yaitu tidak mau mencobanya bila diberi, tidak mau membelinya, tidak mau mema-kainya karena tahu akan akibatnya yang berbahaya.

Dalam kegiatan pesantren anak-anak merasa senang karena sepanjang hari bisa bersama-sama dengan teman sesama tunarungu. Sebelum berbuka ada kultum yang berisi nasehat bagaimana cara berbuka yang sebenarnya, berdo’a bersama sebelum berbuka, cara makan yang sopan, selesai makan harus bagaimana, semua itu disampaikan lewat percakapan. Bila ada anak yang belum benar melakukan ibadah (berwudhu), langsung diberi contoh yang seharusnya. Mereka senang bisa shalat wardhu dan tarawih bersama-sama. Juga bisa mengaji di bawah bimbingan bapak dan ibu guru. Pada waktu makan sahur dibangunkan bersama-sama, diantar ke ruang makan bersama-sama, dan sesudah makan sahur diajak shalat Subuh berjamaah. Kalau mengantuk sesudah Subuh boleh tidur lagi. Anak laki-laki yang tidak ngantuk boleh main bola. Dengan jadwal yang ketat, secara tidak langsung displin anak dilatih juga.

Kegiatan Pesantren Rama-dhan diakhiri dengan Kegiatan Bhakti Sosial. Telah dipercakapkan di kelas-kelas beberapa waktu sebelumnya agar anak-anak mengumpulkan mie instan dan alat tulis, untuk disumbangkan kepada saudara-saudaranya yang kurang beruntung karena tekena gusur. Beberapa anak sebagai perwakilan dari kelas diajak langsung ke lokasi guna menyumbangkan barang-barang tersebut. Kegiatan ini diadakan guna memupuk empati yaitu, menumbuh suburkan sikap ingin berbagi rasa dengan orang lain yang kurang beruntung dan memupuk jiwa sosial antar sesama.

Siapa yang mengurusi konsumsi untuk kegiatan ini? Ada sekelompok ibu-ibu siswa-siswi kami yang selalu peduli dan setia serta bersedia untuk dengan ikhlas menyiapkan segala kebutuhan makan dan minum selama berlangsungnya kegiatan Pesan-tren Ramadhan, termasuk juga memikirkan uang lelah bagi para pembimbingnya.

Terima kasih semuanya semoga kebaikan mereka dibalas oleh Yang Maha Kuasa. Amiin!

sumber: http://santirama.sch.id/index.php?option=com_content&task=view&id=59&Itemid=79

Tidak ada komentar:

Posting Komentar