Khusus penderita ADHD yang masih berusia di bawah lima tahun, biasanya ia diterapi perilaku dulu. Bentuk terapinya bisa berbeda-beda, karena sifatnya benar-benar case by case . Terapi ini bisa juga dilakukan oleh orang tua. Tentunya, setelah orang tua mendapat bimbingan dari psikiater anak. Bila terapi ini tidak membuahkan hasil, barulah obat diberikan.
Pada penderita autis dengan spektrum ADHD, ia harus menjalani dua macam terapi. Pertama, ABA ( Applied Behavioral Analysis), yaitu terapi yang meminta dia mengikuti semua aturan yang diberikan. Dalam setiap aturan, ada punishment dan reward. Kedua, SI ( Sensory Integration), yakni terapi untuk merangsang impuls sensorinya, sehingga anak dapat mengkoordinasikan gerakan otot tubuh sesuai perintah dari otak.
Obat, biasanya, diberikan belakangan karena hingga kini terapi obat masih banyak menimbulkan kontroversi di kalangan ahli. Apakah pemberian obat tidak akan menyebabkan ketergantungan nantinya? Memang dosis obat tergantung pada seberapa salah otak anak penderita ADHD. Dan, tidak tertutup kemungkinan, ia akan terus minum obat sampai dewasa. Meski begitu, biasanya dokter sudah memperhitungkan secara akurat dosis obat yang sesuai bagi pasiennya.
sumber:
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Psikologi/Balita/inilah.penyebab.anak.hiperaktif/001/007/450/40/3
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar